Tarian dari Ciamis.
Tari Ronggeng Gunung (Ciamis, Jawa Barat)
Ciamis adalah suatu daerah yang ada di Jawa Barat. Di sana ada tarian khas yang bernama “Ronggeng Gunung”. Ronggeng Gunung sebenarnya masih dalam koridor terminologi ronggeng secara umum, yakni sebuah bentuk kesenian tradisional dengan tampilan seorang atau lebih penari. Biasanya dilengkapi dengan gamelan dan nyanyian atau kawih pengiring. Penari utamanya adalah seorang perempuan yang dilengkapi dengan sebuah selendang. Fungsi selendang, selain untuk kelengkapan dalam menari, juga dapat digunakan untuk "menggaet" lawan (biasanya laki-laki) untuk menari bersama dengan cara mengalungkan ke lehernya.
Ada beberapa versi tentang asal-usul tarian yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Ciamis Selatan (masyarakat: Panyutran, Ciparakan, Burujul, Pangandaran dan Cijulang) ini.
25.7.12
Mengenal Tari Torompio.
Tari Torompio (Sulawesi Tengah)
“Torompio” adalah ungkapan dalam bahasa Pamona, Sulawesi Tengah. Ungkapan ini terdiri atas dua kata, yakni “toro” yang berarti “berputar” dan “pio” yang berarti “angin”. Jadi, “torompio” berarti “angin berputar”. Makna yang terkandung dalam ungkapan tersebut adalah “gelora cinta kasih” yang dilambangkan oleh tarian yang dinamis dengan gerakan berputar-putar bagaikan insan yang sedang dilanda cinta kasih, sehingga tarian ini disebut torompio. Pengertian gelora cinta kasih sebenarnya bukan hanya untuk sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta, melainkan juga untuk semua kehidupan, seperti: cinta tanah air, cinta sesama umat, cinta kepada tamu-tamu (menghargai tamu-tamu) dan lain sebagainya. Namun, yang lebih menonjol ialah cinta kasih antarsesama remaja atau muda-mudi, sehingga tarian ini lebih dikenal sebagai tarian muda-mudi. Torompio dalam penampilannya sangat ditentukan oleh syair lagu pengiring yang dinyanyikan oleh penari dan pengiring tari.
“Torompio” adalah ungkapan dalam bahasa Pamona, Sulawesi Tengah. Ungkapan ini terdiri atas dua kata, yakni “toro” yang berarti “berputar” dan “pio” yang berarti “angin”. Jadi, “torompio” berarti “angin berputar”. Makna yang terkandung dalam ungkapan tersebut adalah “gelora cinta kasih” yang dilambangkan oleh tarian yang dinamis dengan gerakan berputar-putar bagaikan insan yang sedang dilanda cinta kasih, sehingga tarian ini disebut torompio. Pengertian gelora cinta kasih sebenarnya bukan hanya untuk sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta, melainkan juga untuk semua kehidupan, seperti: cinta tanah air, cinta sesama umat, cinta kepada tamu-tamu (menghargai tamu-tamu) dan lain sebagainya. Namun, yang lebih menonjol ialah cinta kasih antarsesama remaja atau muda-mudi, sehingga tarian ini lebih dikenal sebagai tarian muda-mudi. Torompio dalam penampilannya sangat ditentukan oleh syair lagu pengiring yang dinyanyikan oleh penari dan pengiring tari.
13.7.12
Tari Piring dari Minangkabau.
Tari
piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang,
adalah salah satu jenis Seni Tari yang berasal dari Sumatra Barat yaitu
masyarakat Minangkabau disebut dengan tari piring karena para penari
saat menari membawa piring. Pada awalnya dulu kala tari piring
diciptakan untuk memberi persembahan kepada para dewa ketika memasuki
masa panen, tapi setelah datangnya agama islam di Minangkabau tari
piring tidak lagi untuk persembahan para dewa tapi ditujukan bagi
majlis-majlis keramaian yang dihadiri oleh para raja atau para pembesar
negeri, tari piring juga dipakai dalam acara keramaian lain misalnya
seperti pada acara pesta perkawinan.
3.7.12
Tari Ketuk Tilu
Ketuk
Tilu adalah suatu tarian pergaulan dan sekaligus hiburan yang biasanya
diselenggarakan pada acara pesta perkawinan, acara hiburan penutup
kegiatan atau diselenggrakan secara khusus di suatu tempat yang cukup
luas. Pemunculan tari ini di masyarakat tidak ada kaitannya dengan adat
tertentu atau upacara sakral tertentu tapi murni sebagai pertunjukan
hiburan dan pergaulan. Oleh karena itu tari ketuk tilu ini banyak
disukai masyarakat terutama di pedesaan yang jarang kegiatan hiburan.
30.6.12
Tari Tor Tor.
Tari
tor-tor adalah tarian khas suku Batak, Sumatera Utara. Tepatnya
Mandailing. Gerakan tarian ini seirama dengan iringan musik (magondangi)
yang dimainkan menggunakan alat-alat musik tradisional seperti gondang,
suling, terompet batak, dan lain-lain.
Tari tor-tor dulunya digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh. Roh tersebut dipanggil dan "masuk" ke patung-patung batu (merupakan simbol leluhur). Patung-patung tersebut tersebut kemudian bergerak seperti menari, tetapi dengan gerakan yang kaku. Gerakan tersebut berupa gerakan kaki (jinjit-jinjit) dan gerakan tangan.
Tari tor-tor dulunya digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh. Roh tersebut dipanggil dan "masuk" ke patung-patung batu (merupakan simbol leluhur). Patung-patung tersebut tersebut kemudian bergerak seperti menari, tetapi dengan gerakan yang kaku. Gerakan tersebut berupa gerakan kaki (jinjit-jinjit) dan gerakan tangan.
19.6.12
Tari Topeng
Tari Topeng Cisalak
Asap pedupaan masih mengepul di antara nayaga saat seorang ronggeng (penari) wanita dengan mengenakan toka-toka, apok, kebaya, sinjang dan ampreng dengan warna cerah kuning, hijau dan merah setengah membungkuk pertanda memberi salam muncul dari balik tirai. Selangkah kemudian mulai melakukan gerakan dengan tangan dikembangkan dan kaki setengah maju mundur.
Asap pedupaan masih mengepul di antara nayaga saat seorang ronggeng (penari) wanita dengan mengenakan toka-toka, apok, kebaya, sinjang dan ampreng dengan warna cerah kuning, hijau dan merah setengah membungkuk pertanda memberi salam muncul dari balik tirai. Selangkah kemudian mulai melakukan gerakan dengan tangan dikembangkan dan kaki setengah maju mundur.
25.2.12
Kesenian dari Majalengka.
KECAPIAN
Kecapapian merupakan bentuk kesenian yang menggunakan kecapi sebagaiwaditra utama. Di Majalengka tumbuh berbagai ragam bentuk bentuk seni kecapian, antara lain Kecapi Suling, Kecapi Cemplungan, Kecapi Jejaka Sunda, Kecapi Pantun, dan Kecapi Kalaborasi. Berikut disajikan deskripsi tentang keenam ragam seni kecapian tersebut.
1. Kecapi Suling
Kecapi suling yang berkembang di Majalengka terdiri atas Kecapi tembang dan Kecapi Kawih.
1. Kecapi Tembang
Kecapi suling merupakan bentuk kesenian yang memadukan waditra suling. Fungsi kecapi dan suling pada kesenian ini adalah sebagai pengiring lagu-lagu berbentuk tembang dan kawih.
8.1.12
Silek Harimau
Silek Harimau Minangkabau.
Silek atau silat (bahasa Indonesia) adalah seni beladiri yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat, Indonesia yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Masyarakat Minangkabau memiliki tabiat suka merantau semenjak beratus-ratus tahun yang lampau. Untuk merantau tentu saja mereka harus memiliki bekal yang cukup dalam menjaga diri dari hal-hal terburuk selama di perjalanan atau di rantau, misalnya diserang atau dirampok orang.
Disamping sebagai bekal untuk merantau, silek penting untuk pertahanan nagari terhadap ancaman dari luar. Wilayah Minangkabau di bagian tengah Sumatera sebagaimana daerah di kawasan Nusantara lainnya adalah daerah yang subur dan produsen rempah-rempah penting sejak abad pertama masehi, oleh sebab itu, tentu saja ancaman-ancaman keamanan bisa saja datang dari pihak pendatang ke kawasan Nusantara ini.
26.11.11
Mamaos Cianjuran.
Mamaos Cianjuran
Asal-usul dan Perkembangan
Cianjur adalah salah satu kabupaten yang secara administratif termasuk dalam Provinsi Jawa Barat. Di kabupaten ini ada satu jenis kesenian yang disebut sebagai “Mamaos Cianjuran”. Kesenian ini sangat erat kaitannya keturunan rundayan (Dalem Ciabjur). Konon, di masa lalu adalah seorang yang bernama R. Aria Wangsaparana. Ia adalah salah seorang keturunan Sunan Talaga Majalengka. Sunan Talaga Majalengka beragama Hindu, sementara R. Aria Wangsaparana beragama Islam. Oleh karena itu, ia meninggalkan talaga (pindah ke Sagaraherang Cagak Subang. Di sana ia mendirikan Nagari Sagaraherang dan menyebarkan agama Islam di daerah sekitarnya.
22.11.11
Silat Cikalong
Silat Cikalong dari Cianjur Jawa Barat.
Asal Usul
Cianjur adalah sebuah kabupaten yang secara administratif termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Di sana, tepatnya di daerah Cikalong ada sebuah seni bela diri yang disebut “Pencak Silat Cikalong”. Nama pencak silat itu sangat erat kaitannya dengan salah seorang warganya yang bernama Raden Jayaperbata yang kemudian dikenal sebagai Haji Ibrahim. Ia adalah orang yang pertama kali memperkenalkan pencak silat itu. Oleh karena ia berasal atau bertempat tinggal di Cikalong, maka pencak silat yang diciptakannya dinamai “Pencak Silat Cikalong”.
18.11.11
Sisingaan.
Sisingaan (Kesenian Tradisional Masyarakat Sunda)
Asal Usul
Sisingaan adalah suatu kesenian khas masyarakat Sunda (Jawa Barat) yang menampilkan 2-4 boneka singa yang diusung oleh para pemainnya sambil menari. Di atas boneka singa yang diusung itu biasanya duduk seorang anak yang akan dikhitan atau seorang tokoh masyarakat.
4.11.11
Seni Tari Suku Dayak.
Ragam Seni Tari Suku Dayak
Beragam sen tari pada masyarakat dayak sebagaimana diketahui bahwa suku dayak terdiri dari subsuku subbahasa yang digunakan setiap sub suku tersebut juga berbeda. Termasuk didalamnya seni tari
1. Tari Gantar
Tarian yang menggambarkan gerakan orang menanam padi. Tongkat menggambarkan kayu penumbuk sedangkan bambu serta biji-bijian didalamnya menggambarkan benih padi dan wadahnya.
Tarian ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara lainnya.Tari ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun juga dikenal oleh suku Dayak Benuaq. Tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar Busai dan Gantar Senak/Gantar Kusak.
Tari Perang
27.8.11
16.8.11
Kesenian Daerah Banyumas.
Kesenian Tradisional Kabupaten Banyumas Jawa Tengah
Aksimudha
Aksimudha adalah kesenian bernafas islami yang tersaji dalam bentuk atraksi pencak silat yang dipadu dengan tari-tarian dengan iringan terbang/ genjring. Pertunjukkan aksimudha dilakukan oleh delapan penari pria. Aksimudha pernah berkembang di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas dan saat ini masih dapat ditemukan di wilayah Kecamatan Wangon.
Aksimudha adalah kesenian bernafas islami yang tersaji dalam bentuk atraksi pencak silat yang dipadu dengan tari-tarian dengan iringan terbang/ genjring. Pertunjukkan aksimudha dilakukan oleh delapan penari pria. Aksimudha pernah berkembang di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas dan saat ini masih dapat ditemukan di wilayah Kecamatan Wangon.
27.7.11
Ludruk.
Ludruk
Ludruk adalah kesenian drama tradisional dari Jawa Timur. Ludruk merupakan suatu drama tradisional
yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang di gelarkan disebuah
panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari,
cerita perjuangan dan lain sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan
diiringi dengan gamelan sebagai musik.
Dialog/monolog
dalam ludruk bersifat menghibur dan membuat penontonnya tertawa,
menggunakan bahasa khas Surabaya, meski kadang-kadang ada bintang tamu
dari daerah lain seperti Jombang, Malang, malang, Madiun dengan logat
yang berbeda. Bahasa lugas yang digunakan pada ludruk, membuat dia mudah
diserap oleh kalangan non intelek (tukang becak, peronda, sopir
angkutan umum, etc).
3.2.11
Silat Beksi dari Betawi.
Silat Beksi, Hadir di Tanah Betawi Sejak Abad 18
Sejak
dahulu kala, masyarakat Betawi selalu dikenal dan diidentikan dengan
pencak silat dan pengajiannya. Kabarnya, sejak zaman kompeni Belanda,
remaja Betawi selalu dituntut untuk rajin beribadah dan mampu menjaga
diri dengan mempelajari ilmu beladiri pencak silat. Tak heran ilmu
beladiri ini menjadi salah satu jenis kebudayaan milik masyarakat
Betawi.
2.2.11
Tembang Cianjuran.
TEMBANG CIANJURAN
Sejak Saat ini, Tembang Cianjuran kerap menjadi bagian tak terpisahkan dari sebuah pertunjukkan kesenian pada acara-acara penyambutan tamu bagi masyarakat Sunda, seperti pernikahan ataupun khitanan. Alunan suara sekar (sinden) yang merdu diiringi instrumen kecapi dan suling membuat suasana lebih anggun, santun, khidmat dan penuh dengan ramah-tamah. Sehigga para tamu yang datang pasti akan hanyut terbawa suasana yang ada. Jika dikatakan Tembang Cianjuran adalah musik sunda yang memiliki warna musik begitu mempesona, anggun, lembut dan halus. Hal tersebut memang sangat erat hubungannya dengan cikal bakal dan perkembangan Tembang Cianjuran.
31.1.11
Kesenian Palembang.
TARI TANGGAI
Tari tanggai dibawakan pada saat menyambut tamu-tamu resmi atau dalam acara pernikahan. Umumnya tari ini dibawakan oleh lima orang dengan memakai pakaian khas daerah seperti kaian songket, dodot, pending, kalung, sanggul malang, kembang urat atau rampai, tajuk cempako, kembang goyang dan tanggai yang berbentuk kuku terbuat dari lempengan tembaga Tari ini merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai busana khas daerah para penari kelihatan anggun dengan busana khas daerah. Tarian menggambarkan masyarakat palembang yang ramah dan menghormati, menghargai serta menyayangi tamau yang berkunjung ke daerahnya
Tari tanggai dibawakan pada saat menyambut tamu-tamu resmi atau dalam acara pernikahan. Umumnya tari ini dibawakan oleh lima orang dengan memakai pakaian khas daerah seperti kaian songket, dodot, pending, kalung, sanggul malang, kembang urat atau rampai, tajuk cempako, kembang goyang dan tanggai yang berbentuk kuku terbuat dari lempengan tembaga Tari ini merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai busana khas daerah para penari kelihatan anggun dengan busana khas daerah. Tarian menggambarkan masyarakat palembang yang ramah dan menghormati, menghargai serta menyayangi tamau yang berkunjung ke daerahnya
30.1.11
Tarian Dari Maluku.
TARI KATREJI
Tarian ini adalah
suatu tarian pergaulan masyarakat Maluku yang biasanya digelarkan pada
acara-acara negeri / desa berkaitan dengan upacara-upacara pelantikan
Raja / Kepala Desa, atau pada acara-acara ramah tamah masyarakat
negeri/desa dengan tamu kehormatan yang hadir di negeri/desa-nya.Dari
pendekatan sejarah, tarian ini merupakan suatu AKULTURASI dari budaya
Eropa (Portugis dan Belanda) dengan budaya Maluku.Hal ini lebih nampak
pada setiap aba-aba dalam perubahan pola lantai dan gerak yang masih
menggunakan bahasa Portugis dan Belanda sebagai suatu proses
BILINGUALISME.
|
29.1.11
Tari Kabasaran.
Tari Kabasaran
Menari dengan pakaian serba merah, mata melotot,
wajah garang, diiringi tambur sambil membawa pedang dan tombak tajam,
membuat tarian kabasaran amat berbeda dengan tarian lainnya di Indonesia
yang umumnya mengumbar senyum dengan gerakan yang lemah gemulai.
Tarian
ini merupakan tarian keprajuritan tradisional Minahasa, yang diangkat
dari kata; Wasal, yang berarti ayam jantan yang dipotong jenggernya agar
supaya sang ayam menjadi lebih garang dalam bertarung.
Tarian
ini diiringi oleh suara tambur dan / atau gong kecil. Alat musik pukul
seperti Gong, Tambur atau Kolintang disebut “Pa ‘ Wasalen” dan para
penarinya disebut Kawasalan, yang berarti menari dengan meniru gerakan dua ayam jantan yang sedang bertarung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar