Jumat, 15 Maret 2013

Ritual Nusantara

Ritual Suku Dayak Kanayant

Naik Dango Suku Dayak Kanayant Saat Panen Usai

Bunyi gong yang ditabuh terdengar dari speaker di sisi kiri dan kanan betang (rumah panjang) Suku Dayak yang berada di atas bukit Desa Sadaniang, Kecamatan Sadaniang, Kabupaten Pontianak. Dari bawah panggung betang bagian kanan, keluar para penari yang mengenakan baju adat Suku Dayak lengkap dengan atributnya, mengikuti irama gong.

Tanpa alas kaki, penari menggoyangkan tubuhnya dengan indah. Dua angan direntangkan, kemudian jemarinya bergerak memutar dengan entik. Seorang penari pria di barisan depan rombongan penari, mengayunkan Mandau ke depan. Dengan mata menatap tajam, tiba-tiba ia
meloncat dan berteriak "huih" dengan nyaring.

18.7.12

Upacara Balai Panjang.

Upacara Balai Panjang (Upacara Tradisional Orang Talang Mamak di Provinsi Riau)

Pengantar
Talang Mamak adalah salah satu komunitas yang sering dikategorikan sebagai masyarakat terasing yang ada di Provinsi Riau. Mereka tersebar di beberapa kecamatan yang tergabung dalam Kabupaten Indragiri Hulu, yaitu Kecamatan: Pasir Penyu, Seberida, dan Rengat. Di Kecamatan Pasirpenyu mereka bermukim di desa: Talang Parit, Talang Perigi, Talang Gedabu, Talang Sungai Limau, Talang Selantai, Talang Tujuh Buah Tangga, dan Talang Durian Cacar. Kemudian, di Kecamatan Seberida mereka bermukim di sebagian desa Pangkalan Kasai, Anak Talang, Seberida, Sungai Akar, Talang Lakat, Siambul, Rantau Langsat, Durian Cacar, Parit Perigi, Sungai Limau, dan Selantai. Selain itu, ada yang menyebar di Belongkawang, Sungai Tedung, dan di sepanjang Sungai Kelawang. Sebagai catatan, kelompok Orang Talang Mamak di Durian Cacar, Parit Perigi, Sungai Limau, dan Selantai yang secara administratif tergabung dalam wilayah Kecamatan Siberida, menyebut dirinya sebagai “Suku Nan Enam”. Selanjutnya, di Kecamatan Rengat mereka bermukim di Talang Jerinjing dan Sialang Dua Dahan (Melalatoa, 1995: 817, Hidayah, 2000:253, dan Nursyamsiah, 1996: 6). Persebaran orang Talang Mamak tampaknya tidak hanya beberapa tempat di Kabupaten Inhu semata, tetapi juga di daerah Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil). Bahkan, di daerah yang termasuk wilayah propinsi lain (Jambi), yaitu di daerah Bukittigapuluh (Hidayah, 2000: 253).

9.6.12

Upacara Seren Taun.


Upacara Seren Taun Di Kuningan.

Seren Taun adalah upacara panen padi yang dilaksanakan setiap tahun di daerah Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. Sebagai ungkapan rasa syukur atas keberhasilan dalam bidang pertanian selama setahun yang telah berlalu dan setahun yang akan datang. Bertepatan pada tanggal 22 bulan Rayagung Tahun Saka bulan terakhir dalam perhitungan kalender Sunda. Merupakan Sebuah tradisi berhubungan dengan Tuhan, antar manusia serta alam sekitarnya. melalui ritual ritual sakral sekaligus digelar pula kegiatan kesenian tradisional, sosial dan budaya.

20.11.11

Larung Sembonyo.


Larung Sembonyo Pantai Prigi


Mitos masyarakat teluk Prigi tentang pembuatan kawasan teluk Prigi merupakan asal usul adanya upacara Larung sembonyo. Masyarakat Prigi hampir seluruhnya beragama Islam, namun mereka merasa kurang tentram hidupnya bila meninggalkan tradisi dan upacara Sembonyo yang diyakini untuk menjaga keseimbangan dengan alam sekitarnya serta alam semesta. Upacara Sembonyo dilakukan setiap bulan Selo, hari senin Kliwon setiap tahun.

17.11.11

Hari Raya Galungan.


Hari Raya Galungan (Budha Kliwon Dungulan)


Sejarah Hari Raya Galungan masih merupakan misteri. Dengan mempelajari pustaka-pustaka, di antaranya Panji Amalat Rasmi (Jaman Jenggala) pada abad ke XI di Jawa Timur, Galungan itu sudah dirayakan. Dalam Pararaton jaman akhir kerajaan Majapahit pada abad ke XVI, perayaan semacam ini juga sudah diadakan.
Menurut arti bahasa, Galungan itu berarti peperangan. Dalam bahasa Sunda terdapat kata Galungan yang berarti berperang.

3.11.11

Upacara Kesodo.


Upacara Kesodo di Gunung Bromo

Daerah Tengger merupakan gugusan daerah pegunungan yang menjulang antara 1700-2000 m di atas permukaan laut. Daerah ini merupakan desa-desa di lembah perbukitan yang mengitari Gunung Bromo sebagai pusatnya. Dalam masyarakat Tengger adat merupakan bagian kehidupan yang penting. Adat itu terpelihara dengan baik karena berfungsi sebagai pengatur kehidupan masyarakat dan kepercayaannya. Banyak dongeng di kalangan mereka yang bercerita tentang asal-usul berbagai upacara dan gunung-gunung yang tersebar di sekitar Gunung Bromo. Adat dan religi telah menjadi bagian kehidupan masyarakat Tengger dari masa ke masa.

30.10.11

Upacara Ratif Saman.


Upacara Ratif Saman (Daik-Lingga, Kepri)

Asal Usul
Di Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau ada sebuah desa yang bernama Resun. Di desa ini ada sebuah upacara yang disebut sebagai “Ratif Saman”. Konon, desa ini pernah disinggahi oleh orang Aceh. Malahan, mereka menentap di desa ini. Namun, mereka tidak tahan lama karena di desa itu ada sebuah wabah penyakit yang membahayakan jiwa seseorang. Masyarakat setempat menyebutnya sebagai penyakit ta’un yang berasal dari makhluk halus (roh jahat). Makhluk ini juga sering menampakkan wujudnya sehingga warga dusun tersebut menjadi ketakutan. Selain gangguan dari makhluk halus, warga dusun juga sering didatangi kawanan perampok, yang tidak hanya menjarah harta benda, tetapi juga memperkosa dan membunuh orang-orang yang berusaha melawan.

23.10.11

Upacara Mulang Pekelem.


Upacara Mulang Pekelem

Matahari telah meninggi. Namun, suasana hening masih menyelimuti sebuah kawasan di kaki Gunung Rinjani, Pulau Lombok, Nusatenggara Barat. Masyarakat di sana tak ada yang berada di rumah, saat itu. Seluruh warga berkumpul di Pura Jagadnata, tempat ibadat umat Hindu. Di tempat ini, warga dengan khidmat mendendangkan kidung Pangruwat Bumi, melantunkan doa-doa, dan mempersembahkan tarian suci kepada Jagad Dewanata. Ritual ini adalah awal dari Yadnya Mulang Pekelem dan Bumi Sudha, prosesi sembahyang umat Hindu di Pulau Lombok. Upacara itu sendiri akan digelar pada purnama bulan kelima di Danau Segara Anak dekat puncak Gunung Rinjani.

16.10.11

Upacara Suu Anaku .


Upacara Suu Anaku pada Masyarakat Nuaulu (Maluku)

Pengantar
Nuaulu adalah salah satu sukubangsa yang ada di Provinsi Maluku, Indonesia. Mereka mendiami salah satu pulau yang tergabung dalam provinsi tersebut, yaitu Pulau Seram yang termasuk dalam wilayah Maluku Tengah. Di kalangan mereka ada suatu tradisi yang termasuk dalam upacara lingkaran hidup individu, yaitu upacara yang berkenaan dengan masa peralihan dari masa kandungan hingga kelahiran. Upacara tersebut oleh mereka dinamakan “Suu Anaku” yang berarti “memandikan anak”.

11.9.11

Nujuh Bulan.

Upacara Tingkeban (Nujuh Bulanan)

Upacara Tingkeban adalah salah satu tradisi masyarakat Jawa, upacara ini disebut juga mitoni berasal dari kata pitu yang arti nya tujuh, upacara ini dilaksanakan pada usia kehamilan tujuh bulan dan pada kehamilan pertama kali.Upacara ini bermakna bahwa pendidikan bukan saja setelah dewasa akan tetapi semenjak benih tertanam di dalam rahim ibu. Dalam upacara ini sang ibu yang sedang hamil di mandikan dengan air kembang setaman dan di sertai doa yang bertujuan untuk memohon kepada Tuhan YME agar selalu diberikan rahmat dan berkah sehingga bayi yang akan dilahirkan selamat dan sehat.

24.3.11

Misteri Gunung Lanang.


Menyingkap Misteri Gunung Lanang

Gunung LanangSelama ini, Gunung Lanang populer sebagai tempat berburu wahyu. Setiap bulan Suro ritual berskala besar digelar disertai pagelaran wayang. Tetapi, ada misteri lain terkait asal mula gunung ini, yang nyaris tertutup oleh berbagai mitos lain. Gunung Lanang terletak di kawasan Pantai Congot, Kulonprogo. Gunung ini terkenal sebagai tempatnya para pelaku tirakat yang memburu pangkat dan derajat. Bahkan, wahyu keprabon.

6.2.11

Grebeg Besar Demak.


Demak merupakan kerajaan Islam pertama dipulau jawa dengan rajanya Raden Fatah. Disamping sebagai pusat pemerintahan, Demak sekaligus menjadi pusat penyebaran agama Islam dipulau Jawa. Bukti peninggalan sejarah masih berdiri dengan kokoh sampai sekarang, yaitu Masjid Agung Demak.
Penyebaran agama Islam di Pulau Jawa dimulai pada abad XV dan dipelopori oleh Wali Sanga, bahkan salah satu wali tersebut bermukim sampai akhir hayatnya dan dimakamkan di Kadilangu Demak, yaitu Sunan Kalijaga. Menurut cerita, Kadilangu semula adalah daerah perdikan sebagai anugrah dari Sultan Fatah kepada Sunan Kalijaga atas jasa-jasanya dalam mengembangkan agama Islam dan memajukan kerajaan Demak.

29.1.11

Aruh Adat Mambatur.


Aruh Adat Mambatur

Warga Dayak Halong di Kabupaten Balangan menggelar acara adat untuk mengirim doa kepada roh para leluhurnya.
Perhelatan yang termasuk langka dan jarang digelar di Provinsi Kalimantan Selatan ini diberi nama adat Mambatur.
 
Upacara Adat Mambatur Suku Dayak Halong
Biasanya, warga Dayak mengantar roh leluhurnya dengan perantaraan hewan kerbau. Hewan berkaki empat ini dibunuh dengan cara ditombak.
Sepintas, acara ini serupa dengan acara adat Mambuntang atau Wara Nyalimbat di Tamiang Layang Kalteng.

22.1.11

Doa' Pagi di Bali.


Doa Pagi di Bali

Matahari masih jauh dari terbit di surga Tanah Dewata, Bali, Indonesia. Saat fajar menyingsing, para wanita Bali dengan patuhnya melakukan ritual pagi yang telah menjadi tradisi sejak berabad-abad lalu. Bagi orang luar, rutinitas sederhana itu adalah
persembahan dan mempersiapkan makanan di pagi hari, tapi dalam tradisi Bali, persembahan "ngejot" adalah sesuatu yang lebih daripada itu.

Ritual pagi tersebut dimulai dengan wanita Bali yang telah bangun sebelum fajar untuk mempersiapkan ngejot. Makan sebelum ritual
dilakukan dianggap sangat tidak span, sehingga orang-orang akan berpuasa sampai ritual itu selesai. Persiapannya diawali dari saat makan pagi disiapkan, dengan merebus air dan memasak nasi.

18.1.11

Perang Topat.


Perang Topat, Ritual di Gumi Sasak

Perang topat (ketupat) setiap tahun berlangsung di Pura Lingsar, Kecamatan Narmada, Lombok Barat. Upacara ini berlangsung pada waktu saat raraq kembang waru alias gugurnya bunga waru. Acara itu merupakan lambang kerukunan antar umat beragama, khususnya masyarakat Sasak (pemeluk Islam) dan masyarakat etnis Bali (pemeluk Hindu). Perang topat dimulai pukul 15.45, dan berakhir saat matahari tenggelam.
Upacara itu sudah jadi agenda pariwisata. Wanita yang sedang haid tak boleh mengikuti. Sehari sebelumnya ada upacara permulaan kerja atau penaek gawe. Ada lagi acaramendak alias upacara menjemput tamu agung alias roh-roh gaib yang berkuasa di Gunung Rinjani dan Gunung Agung. Kemudian ada pula penyembelihan kerbau. Ada sesajen berupa jajan sembilan rupa, buah-buahan, dan minuman.

14.1.11

Upacara Adat Macceratasi.


Intip Upacara Adat Macceratasi
Kerbau, kambing, dan ayam dipotong. Darahnya dilarungkan ke laut. Itulah bagian utama dari prosesi Upacara Adat Macceratasi. Kendati intinya hampir sama dengan upacara laut yang biasa dilakukan masyarakat nelayan tradisional lainnya. Namun upacara adat yang satu ini punya hiburan tersendiri.
Macceratasi merupakan upacara adat masyarakat nelayan tradisional di Kabupaten Kota Baru, Kalimantan Selatan. Upacara ini sudah berlangsung sejak lama dan terus dilakukan secara turun-temurun setiap setahun sekali. Beberapa waktu lalu, upacara ini kembali digelar di Pantai Gedambaan atau disebut juga Pantai Sarang Tiung.

13.1.11

Upacara Aruh Ganal.


Upacara Aruh Ganal ini merupakan upacara adat yang terdapat pada suku Dayak Bukit di Pegunungan Meratus. Suku Bukit yang sering melaksanakan upacara ini antara lain daerah Mancabung, Harakit, Balawaian, Batung, Danau Darah, dan Ranai.
Aruh Ganal artinya Kenduri Besar (aruh = kenduri, ganal = besar). Jadi upacara ini dilaksanakan secara besar-besaran oleh seluruh warga kampung dan dihadiri undangan dari kampung lainnya. Dinamai aruh ganal karena ada juga tradisi aruh kecil yang disebut baatur dahar. Baatur dahar ini biasanya hanya dilakukan di lingkungan keluarga. Kemeriahan aruh ganal yang dilakukan tergantung keadaan ekonomi warga di kampung tersebut, sebagai ukurannya adalah hasil panen padi, kacang, dan tanaman pokok lainnya. Apabila hasil tanaman tersebut banyak dan bagus maka akan diadakanlah upacara aruh ganal, sebaliknya jika panen kurang berhasil maka cukup diadakan aruh kecil atau bahkan tidak diadakan sama sekali.
Tujuan diadakannya aruh ganal ini sebagai ungkapan rasa syukur atas karunia yang dilimpahkan oleh Yang Maha Kuasa, sekaligus memohon agar hasil tahun yang akan datang mendapat panen yang melimpah, dijauhkan dari mara bahaya dan mahluk perusak tanaman.

10.1.11

Ngaben.

Upacara Ngaben Bali.

Ngaben adalah upacara penyucian atma (roh) fase pertama sbg kewajiban suci umat Hindu Bali terhadap leluhurnya dengan melakukan prosesi pembakaran jenazah. Seperti yg tulis di artikel ttg pitra yadnya, badan manusia terdiri dari badan kasar, badan halus dan karma. Badan kasar manusia dibentuk dari 5 unsur yg disebut Panca Maha Bhuta yaitu pertiwi (zat padat), apah (zat cair), teja (zat panas) bayu (angin) dan akasa (ruang hampa). Kelima unsur ini menyatu membentuk fisik manusia dan digerakan oleh atma (roh). Ketika manusia meninggal yg mati adalah badan kasar saja, atma-nya tidak. Nah ngaben adalah proses penyucian atma/roh saat meninggalkan badan kasar.

Ada beberapa pendapat ttg asal kata ngaben. Ada yg mengatakan ngaben dari kata beya yg artinya bekal, ada juga yg mengatakan dari kata ngabu (menjadi abu), dll.

25.12.10

Upacara Karo Suku Tengger.


Di Jawa Timur tepatnya di Gunung Bromo Probolingga hidup dan berkembang sebuah adat yang sangat tersohor dan tetap dilestarikan hingga kini yakni upacara Karo; sebuah upacara hari raya terbesar masyarakat Tengger yang konon masih memiliki darah keturunan dengan kerajaan Majapahit. Oleh karena itu, karena masih memiliki hubungan darah dengan kerajaan Majapahit inilah agama yang dianut oleh hampir keseluruhan masyarakat Tengger ini adalah Hindu Majapahit. Maka dari itu sebagaimana halnya kebudayaan dari Hindu Majapahit pada umumnya, di wilayah Tengger ini pun di percaya sebagai Hila-hila, yang dalam bahasa Tengger berarti tanah yang suci. Masyarakat adat Tengger sendiri paling tidak memiliki 6 ritual adat dalam setahunnya untuk memberikan pemujaan kepada Sang Hyang Widi Wasa dan menghormati roh leluhur sekaligus meminta berkah dan keselamatan. Dan yang terbesar dan tersohor dari keenam upacara adat itu diantaranya adalah Ritual Adat Karo itu sendiri yang akan saya bahas dalam kesempatan kali ini.

23.12.10

Ruwatan.


Ruwatan; Upacara Pembebasan Malapetaka*

Salah satu upacara tradisi yang sekarang masih ditaati, dipatuhi, diyakini, dan dilaksanakan oleh masyarakat Jawa yaitu tata upacara ruwatan. Ruwatan berasal dari kata “ruwat” dan mendapatkan sufik -an. Kata “ruwat” mengalami gejala bahasa metatesis dari kata “luwar”, yang berarti terbebas atau terlepas.
Maksud diselenggarakan upacara ruwatan ini adalah agar seseorang yang “diruwat” dapat terbebas atau terlepas dari ancaman mara bahaya (mala petaka) yang melingkupinya. Seseorang yang oleh karena sesuatu sebab ia dianggap terkena sukerta/ aib (klesa = Jawa Kuna), maka ia harus diruwat.

Tidak ada komentar: